Biografi Penulis Kitab Sejarah Hidup Imam Ad-DÄraquthniy bernama AbÅ« Al-Hasan ‘Ali bin ‘Umar bin Ahmad bin Mahdiy bin Mas'Å«d bin An-Nu'mÄn bin DÄ«nÄr bin ‘AbdillÄh Al-BaghdÄdiy, seorang ahli qiraat, al-hÄfidzh, dan AmÄ«r Al-MukminÄ«n fÄ« Al-HadÄ«ts. Beliau lahir di bulan Dzulqa'dah tahun 306 H di Baghdad, di sebuah mahallah (distrik/kampung) yang bernama DÄr Al-Quthn. Mengenai keluarga beliau, penulis mendapati bahwa ayah beliau adalah ahli hadis dan ahli qiraat, lagi tsiqah. Adz-Dzahabiy berkata mengenai Imam Ad-DÄraquthniy, “Beliau bagaikan lautan ilmu, termasuk kalangan ulama dunia, kepadanya berakhir hapalan dan pengetahuan ‘ilal hadis dan para rijalnya, bersamaan dengan keilmuan beliau dalam qiraat dan jalur-jalurnya, kuatnya pengetahuan fiqh, perbedaan pendapat, sejarah perang Nabi, sejarah manusia, dan lain-lain.” Beliau juga ahli dalam bahasa, nahwu, dan sastra. Imam Ad-DÄraquthniy dalam hal aqidah mengikuti salaf ash-shÄlih. Hal ini tampak dari karya-karyanya...
šDitulis oleh Al Ustadz Wahyu Indra Wijaya
šDirapikan dan dipost kembali oleh Saya
Ustadz Bey Arifin rahimahullah, lahir di Parak Laweh, Tilatang Kamang, Agam, Sumatera Barat pada 29 September 1917 dan meninggal di Surabaya, pada 30 April 1995. Beliau adalah salah seorang ulama, da'i, penulis, sekaligus mujahid yang pernah terjun langsung dalam perang 10 November 1945 di Surabaya. Beliau pernah diangkat menjadi Imam Tentara, yang merupakan bagian dari Pusat Rohani Islam Angkatan Darat, di Kodam Brawijaya. Beliau juga pernah mengabdi sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) daerah Jawa Timur.
Beliau merupakan salah seorang da'i yang ikut berjasa mempopulerkan kitab-kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di Nusantara.
Dalam salah satu karyanya, setelah Beliau berpanjang lebar menjelaskan peristiwa penodaan Masjidil Haram oleh gerombolan Juhaiman al Utaibi, Ustadz Bey Arifin kemudian memberikan nasehat untuk kaum muslimin sebagai berikut :
"Kalau di tempat tersuci yang diberi kehormatan oleh Allah dan Rasul-Nya peristiwa keonaran yang paling busuk dapat terjadi, maka insaflah kita bahwa kejadian yang demikian itu juga bisa terjadi atas masjid-masjid kita sendiri. Yaitu bila ada pemuda dan remaja kita yang dapat disesatkan oleh pemimpin atau ulama-ulama sesat, mereka pompakan dan tanamkan kepada pemuda dan remaja kita bahwa semua imam dan khatib masjid-masjid yang ada sekarang ini adalah orang-orang sesat, orang yang sudah menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul-Nya. Lalu mereka tanamkan kepada pemuda-pemuda kita bahwa hanya ulama dan pemimpin mereka sajalah yang benar, maka mereka lalu mendirikan masjid sendiri, atau merebut masjid-masjid yang ada sekarang ini dengan mempergunakan alat senjata. Maka akan terjadilah apa yang terjadi di Masjidil Haram."
"Sebab itu di samping berbangga dan bersyukur bahwa perkembangan agama Islam di tanah air kita sekarang ini amat baik, banyak pemuda dan remaja yang memenuhi masjid-masjid menunaikan shalat, maka asalah kewajiban kita mengisi pemuda dan remaja kita itu dengan ajaran agama yang benar, agar mereka jangan sampai tertarik ke dalam aliran-aliran yang sesat."
"Soal-soal kepercayaan dan kesesatan harus sering dikhutbahkan dan diceramahkan kepada remaja dan pemudia kita, jangan hanya soal ibadat atau hukum saja. Ajarkanlah kepada remaja dan pemuda kita buku 'Kitabut Tauhid' karangan Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul : 'Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirik.'"
(selesai dinukil dari buku "Kumpulan Khutbah Jum'at jilid 3, halaman 126-127)
------------------------------------------------
Catatan tambahan dari kami :
Terjemahan Kitab At Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang diberi judul “Bersihkan Tauhid Anda dari Noda Syirk” yang disinggung oleh Ustadz Bey Arifin di atas diterbitkan oleh Bina Ilmu Surabaya pada tahun 1979. Boleh jadi ini merupakan terjemahan pertama di Nusantara terhadap kitab karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Terjemahan ini dikerjakan oleh sekelompok da'i yang bertugas sebagai Imam Tentara di Kodam Brawijaya, termasuk diantaranya Ustadz Bey Arifin dan Ustadz Drs. Dja'far Soedjarwo.
Dan Ustadz Bey Arifin lah yang diberi kesempatan untuk memberikan kata pengantar dalam terjemahan ini mewakili para penerjemah lainnya.
Dalam pengantarnya, Ustadz Bey Arifin menceritakan latar belakang penerjemahan kitab ini :
“Beberapa tahun terakhir ini sudah berkurang cacian terhadap faham Wahabi, malah secara diam-diam semua ajaran Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab sudah banyak diajarkan dan disebarkan untuk kemurnian agama Islam dari penyelewengan-penyelewengan, baik mengenai kepercayaan (iman) atau peribadatan. Maka tepat betullah waktunya sekarang ini menyebarkan buku karawangan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, agar dapat diketahui dan dibaca oleh setiap ummat Islam bangsa kita. Lebih-lebih oleh mereka yang beberapa waktu sebelumnya sudah anti danmencaci ajaran yang sangat berguna dan benar ini.”
Selanjutnya Ustadz Bey Arifin mengatakan :
“Kami percaya, bila setiap ummat Islam membaca dan merenungkan isi buku ini akan dapat membersihkan aqidah (tauhid) mereka dari segala kotoran syirk yang masih melekat pada diri mereka masing-masing.”
Beliau melanjutkan :
“Siapa saja yang sudah membaca buku ini dan mengetahui bagaimana aqidah tauhid yang benar itu, wajib menyebarkannya kepada siapa saja, dimana pun mereka berada. Lebih-lebih untuk diri sendiri dan keluarga. Sedapat-dapatnya dibacakan bab demi bab dalam pengajian-pengajian rutin di masjid-masjid dan mushalla-mushalla. Dan ajarkanlah di sekolah-sekolah umum dan madrasah-madrasah.”
(selesai nukilan)
Ustadz Bey Arifin, semoga Allah merahmatinya..
Komentar
Posting Komentar