Langsung ke konten utama

Mari Baca ...

Makalah M. Djohandra (11/09/2021) ~ Metode Kitab Sunan Ad-Dāraquthniy

Biografi Penulis Kitab Sejarah Hidup Imam Ad-Dāraquthniy bernama Abū Al-Hasan ‘Ali bin ‘Umar bin Ahmad bin Mahdiy bin Mas'ūd bin An-Nu'mān bin Dīnār bin ‘Abdillāh Al-Baghdādiy, seorang ahli qiraat, al-hāfidzh, dan Amīr Al-Mukminīn fī Al-Hadīts. Beliau lahir di bulan Dzulqa'dah tahun 306 H di Baghdad, di sebuah mahallah (distrik/kampung) yang bernama Dār Al-Quthn. Mengenai keluarga beliau, penulis mendapati bahwa ayah beliau adalah ahli hadis dan ahli qiraat, lagi tsiqah.   Adz-Dzahabiy berkata mengenai Imam Ad-Dāraquthniy, “Beliau bagaikan lautan ilmu, termasuk kalangan ulama dunia, kepadanya berakhir hapalan dan pengetahuan ‘ilal hadis dan para rijalnya, bersamaan dengan keilmuan beliau dalam qiraat dan jalur-jalurnya, kuatnya pengetahuan fiqh, perbedaan pendapat, sejarah perang Nabi, sejarah manusia, dan lain-lain.” Beliau juga ahli dalam bahasa, nahwu, dan sastra.   Imam Ad-Dāraquthniy dalam hal aqidah mengikuti salaf ash-shālih. Hal ini tampak dari karya-karyanya...

Kaedah VIII - XII


Kaedah VIII : Memanjangkan (Meninggikan) Suara (הַטַּעַם / הַנְּגִינָה)

Dalam Bahasa Ibrani ada kata yang memiliki dua suku kata atau lebih. Satu suku kata di setiap kata dipanjangkan dan ditekan dengan gambaran yang diamati dari suku kata yang lain. Hal itu dilakukan dengan memanjangkan sedikit suku kata ini dan meng-"khatuf" suku kata yang lain. Misal dalam kata אֶרֶץ (bumi), dipanjangkan/ditinggikan sedikit suara di suku kata אֶ, dan pada kata יִשְׂרָאֵל (Israel), dipanjangkan/ditinggikan sedikit suara di suku kata אֶל. 

Posisi pemanjangan/meninggikan sedikit suara dalam Bahasa Ibrani bisa di suku kata yang terakhir, ini disebut dengan מִלְּרַע (מִלְּמַטָּה). Bisa juga posisinya di suku kata sebelum akhir, disebut dengan  מִלְּעֵיל (מִלְּמַעְלָה). 

Kebanyakan kata dalam Bahasa Ibrani dipanjangkan/ditinggikan sedikit suara di suku kata terakhir.

Kaedah IX : Patakh yang Tercuri (פַּתַח גְּנוּבָה)

Terkadang patakh datang di bawah huruf ה ח ע pada akhir kata. Contohnya :

אֱלוֹחַּ (tuhan) dibaca אֱלוֹאַהְ

לוּחַ (lembaran) dibaca לוּאַחְ

יוֹדֵעַ (dia mengetahui) dibaca יוֹדֵאַעְ

Kaedah X : (Huruf Bertanda) Vokal Ringan dan Schwa Khatuf (Makhthūf)

Dalam Bahasa Ibrani tidak akan berjumpa dua huruf yang berschwa di awal suatu kata, apabila huruf pertama dari dua buah huruf di suatu kata berschwa, maka (huruf ber)schwa pertama dipalingkan menjadi (huruf bertanda) vokal. Contohnya  :

בְּשְׁכֶם menjadi בִּשׁכֶם

מְלְכֵי (dari מְלכִים) menjadi מַלְכֵיוְ

וְבְנֵי menjadi וּבְנֵי

Kaedah XI : Makaf atau Tanda Penghubung (מַקַף)

Ketika didapati dua kata, tiga kata, atau lebih yang saling berhubungan satu sama lain dengan hubungan yang kuat maka kata-kata tersebut dilafazkan, kira-kira kata-kata tersebut seakan satu kata. Dalam penulisan, kita tandai hal tersebut dengan tanda penghubung pendek. Contohnya, בֵּית-סֶפֶר (sekolah), בְּכָל-זֹאת (dengan ini), dll.

Tanda penghubung ini banyak ditemukan di Perjanjian Lama, dan tanda penghubung ini menghantarkan kepada perubahan selanjutnya dari segi meninggikan suara dan vokalisasi.

Kaedah XII : Memajukan Peninggian Suara dari Suku Kata yang Terakhir kepada Suku Kata Sebelum yang Akhir (נָסוג אָחוֹר)

Ketika datang dua kata yang saling bertumpu dan sama dalam suatu gabungan, yang mana kata pertama peninggian suaranya di suku kata pertama dan kata kedua peninggian suaranya di suku kata sebelum yang akhir.

Contohnya : 

קָרָ.א לַ.יְלָה menjadi קָ.רָא לַ.יְלָה (dia membaca di malam hari)

Komentar