Allah telah mengangkat penyebutan hamba-Nya yang shaleh, yakni Syaikh Manshur bin Yunus bin Shalahuddin bin Hasan bin Ahmad Al-Buhutiy, yang lahir pada tahun 1010 H (sekitar 1598 M) dan wafat tahun 1051 H (sekitar tahun 1638 M).
Karya-Karya Beliau
Karya-karya Syaikh Manshur mencapai tingkatan tinggi dalam hal tahrir, baik dari segi penjelasan, atau pengambilan hukum, sehingga banyak pelajar yang mendapatkan pemahaman dan hal-hal mendalam lainnya dari kitab-kitab beliau, begitu juga pendapat-pendapat ulama, dalil-dalil yang mereka gunakan, kaedah-kaedah mereka, dan lain-lain.
Tulisan Beliau
Syaikh Manshur adalah orang yang mendalam dalam penguasaan dan tahrir. Beliau menjelaskan suatu masalah beserta seluruh hal yang berkaitan dengannya, baik itu berupa hukum, dalil, perbedaan pendapat, dan lain-lain dengan cara yang mudah, yakni tidak sulit untuk dipahami serta tidak terlalu panjang dan membosankan, tidak pula dengan sajak yang menyulitkan. Beliau adalah orang yang beradab kepada para ulama, serta terhadap pendapat-pendapat mereka. Dari tulisan beliau kita bisa melihat akhlak mulia dan sifat tawadhu' beliau yang tinggi.
Kitab-Kitab Beliau (Disusun berdasarkan waktu beliau selesai menulisnya)
- Hasyiyah Al-Muntaha
- Hasyiyah Al-Iqna'
- Ar-Raudh Al-Murbi' Syarh Zad Al-Mustaqni'
- Kasysyaf Al-Qina' 'an Al-Iqna'
- Al-Minah Asy-Syafiyat Syarh Al-Mufradat
- Syarh Muntaha Al-Iradat
- I'lam Al-A'lam bi Qital Man Intahaka Hurmah Al-Bait Al-Haram
- Mansak Mukhtashar
- 'Umdah Ath-Thalib
Keistimewaan kitab-kitab beliau adalah inovatif, beliau tidak ikut-ikutan seorang pun, justru beliaulah yang diikuti. Kitab Kasysyaf Al-Qina' dipandang sebagai ensiklopedia ilmu. Orang yang membaca dan mendalami Al-Iqna' akan mendapati di dalamnya terdapat banyak masail, dan hal-hal yang dapat jadi rujukan. Dalam mentahrir masail, Syaikh Manshur menyampaikan ushulnya dan siapa yang berpendapat dengannya.
Hal tersebut tidak berarti bahwa kitab beliau yang lain lebih rendah derajatnya dari Kasysyaf Al-Qina', bahkan juga banyak didapati masalah-masalah mendalam dan faedah yang tidak terhitung jumlahnya, khususnya Syarh Al-Muntaha -yang beliau tulis dua tahun sebelum wafat-, tahrir, penjelasan, dan uslubnya luar biasa. Beliau tidak hanya menukil dan menertibkan ilmu ulama generasi sebelumnya, bahkan beliau punya takhrijat tersendiri terhadap ushul dan kaedah mazhab, yang belum ada sebelum beliau. Sebagian ulama menyebut takhrijat ini buhuts. Takhrijat ini menjauhkan daripada mazhab yang jumud.
Berikut di antara contoh takhrijat beliau (saya sebutkan dua saja) :
- Beliau berkata dalam Al-Kasysyaf : "(Seandainya seseorang membeli air, lalu jelas bahwa air tersebut sudah digunakan untuk berwudhu', maka dia aib, karena dia dipandang kotor secara urf), aku berkata : Demikian pula kalau jelas bahwa air tersebut sudah digunakan untuk mandi, atau menghilangkan najis, dan air tersebut dari bilasan terakhir bersama dengan hilangnya najis tersebut, tetapi tidak berubah air tersebut, atau digunakan untuk memandikan mayat, dan zahirnya juga : walaupun wudhu' atau mandi sunnah." (1/54) Dari perkataan beliau "Aku berkata ..." sampai akhir nukilan terdapat dua takhrij.
- Beliau berkata dalam Al-Kasysyaf : "(Dan haram) masuk WC (dengan mushaf, kecuali karena kebutuhan). Penulis berkata dalam Al-Inshaf, "Tidak ada keraguan bahwa hal tersebut haram secara qath'i, dan orang yang berakal tidak akan ragu dalam masalah ini." Aku berkata : Sebagian mushaf itu seperti keseluruhan mushaf." (1/191) Dari perkataan beliau "Aku berkata ..." sampai akhir nukilan terdapat satu takhrij.
Keluarga Beliau
Yang jelas adalah keluarga beliau merupakan keluarga yang dihiasi dengan ilmu. Dalam Bab Waqaf Kitab Kasysyaf Al-Qina', pada suatu fatwa di dalamnya, Syaikh Manshur ada menyebutkan nama sepupu ayah beliau, Syaikh : Ahmad Al-Buhutiy (10/88), dan beliau menyebutkan juga dalam Bab Ijarah sepupu beliau Al-Mu'ammar, Syaikh : 'Abdurrahman Al-Buhutiy (9/51). Beliau berkata mengenainya, "guruku." Syaikh 'Abdurrahman Al-Buhutiy ini pernah belajar dengan Ibnu An-Najjar Al-Futuhiy (penulis Kitab Muntaha Al-Iradat).
Sifat-Sifat Beliau
Beliau menghabiskan waktunya untuk ilmu, khususnya fiqh, dan mentahrir masailnya, pada masanya beliau bersendirian dalam disiplin ilmu fiqh, sehingga orang-orang belajar fiqh kepadanya. Orang yang menuliskan biografi beliau sepakat bahwa beliau adalah orang yang mulia, dermawan, dan rendah hati.
Guru dan Murid Beliau
Di antara guru beliau adalah Syaikh Yahya bin Syaikh Musa Al-Hajjawiy, dan Syaikh Muhammad Asy-Syamiy Al-Mardawiy. Adapun murid beliau sangat banyak, di antaranya keponakannya, Syaikh Muhammad Al-Buhutiy Al-Khalwatiy (w. 1088 H).
Komentar
Posting Komentar