Untuk pertama kalinya Bangsa Arab berhasil menguasai Armenia secara langsung. Pasukan mereka dikalahkan dan raja mereka terbunuh. Sejarah Kaukasia berubah untuk selamanya. Perang Bagrevand dipandang sebagai salah satu pertempuran sengit terbesar dalam sejarah walaupun tidak terkenal. Kebesarannya dipandang dari perubahan yang terjadi pasca berakhirnya. Pada perang ini, pasukan Abbasiyah berhasil menang di bawah pimpinan ‘Amr bin Isma’il dari pasukan Armenia yang dipimpin oleh Raja Smbat VII Bagratuni dan Raja Musyeg VI Mamikonian. Keduanya pada akhirnya terbunuh. Perang ini terjadi pada 18 Jumadil Akhir 158 H yang bertepatan dengan 25 April 775 M.
Armenia pada Masa Khulafaur Rasyidun dan Dinasti Umayyah
Baik pada masa Khulafaur Rasyidun ataupun Dinasti Umayyah, Bangsa Arab belum berhasil menguasai Armenia secara langsung. Pada tahun 640 M, terjadi kesepakatan bahwa Armenia tetap memerintah mandiri tetapi harus bayar jizyah.
Pada masa Dinasti Umayyah, Armenia lepas dari pemerintahan mereka pada tahun 683 M. Armenia memanfaatkan perang yang terjadi antara Dinasti Umayyah dan pihak ‘Abdullah bin al-Zubair. Namun pada tahun 693 M, setelah pihak ‘Abdullah bin al-Zubair berhasil ditumpas, dan Dinasti Umayyah mulai fokus ke masalah eksternal, diadakanlah kesepakatan dengan dua keluarga Armenia, Bagratuni dan Mamikonian, agar Armenia diperintah atas nama Dinasti Umayyah dengan imbalan bayaran yang dibayarkan Dinasti Umayyah kepada mereka serta perizinan agar pasukan Dinasti Umayyah dapat melewati wilayah mereka untuk memerangi Bangsa Khazar.
Armenia pada Awal Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
Pada masa pemerintahan Khalifah al-Saffah, ia menunjuk saudaranya, al-Manshur untuk menjadi gubernur di Armenia. Ketika al-Manshur pergi, ia mendapati dirinya tidak memerintah negeri itu secara langsung lantaran kesepakatan di masa sebelumnya. Jika ingin memberi perintah, dia harus mengadakan komunikasi terlebih dahulu dengan dua raja Armenia tadi. Ia memandang masalah ini harus diselesaikan.
Ketika al-Manshur naik takhta dan sudah menyelesaikan pemberontakan dalam negeri, pada tahun 774 M, ia menyampaikan keputusan agar pembayaran yang selama ini dibayarkan kepada dua keluarga Armenia tersebut dihentikan. Ia mengumumkan kewajiban upeti bagi Armenia dan bahwa negeri tersebut harus diperintah secara langsung.
Pemberontakan Armenia
Sebagai dampak dari keputusan al-Manshur, Armenia memberontak. Awal pemberontakannya adalah ketika sekelompok dari mereka pergi ke Benteng Devin Abbasiyah. Mereka memasukinya dengan alasan menginginkan senjata untuk perbekalan perang pasukan khalifah. Ketika mereka memasuki benteng, mereka malah membunuh para tentara. Tersebarlah pemberontakan di negeri Armenia. Al-Hasan bin Qahthabah al-Tha’iy sebagai gubernurnya tidak mampu menghentikan pemberontakan mereka.
Peperangan
Ketika kabar pemberontakan sampai kepada al-Manshur, ia menyiapkan 30 ribu pasukan. Pasukan ini berangkat ke Armenia dengan dipimpin oleh ‘Amr bin Isma’il. Terjadilah Perang Arsyisy yang berakhir dengan kemenangan Abbasiyah. Pasukan Abbasiyah pun terus maju hingga sampai di daerah yang bernama Bagrevand. Di sana pasukan Armenia yang berjumlah 50 ribu sudah menunggu. Mereka dipimpin oleh dua orang raja, Smbat VII dan Musyeg VI. Begitu juga pasukan yang meninggalkan pengepungan Benteng Abbasiyah Kari untuk menghadapi pasukan yang datang.
Pada subuh 25 April 775 M, tepatnya pada saat pasukan Abbasiyah sedang melaksanakan salat subuh, pasukan Armenia mulai menyerang. Namun pasukan Abbasiyah memukul mundur mereka dan berhasil melancarkan serangan balik. Pasukan Abbasiyah berhasil menghancurkan pasukan infanteri dan pemanah Armenia. Adapun pasukan kavaleri Armenia pada awalnya dapat bertahan hingga akhirnya kalah. Para raja dan komandan Armenia terbunuh dalam perang tersebut, termasuk Raja Smbat VII dan Musyeg VI.
Dampak Perang
- Dinasti Abbasiyah mengumumkan pengakhiran terhadap otoritas seluruh keluarga bangsawan Armenia. Di antara keluarga terpentingnya adalah Mamikonian, Bagratuni, Gnuni, Amatuni, Rsytuni, Saharuni, dan Kamsarakan.
- Keluarga kabilah Arab Bani Syaiban dipindahkan ke Armenia. Begitu pula keluarga tentara yang turut berperang dalam perang ini.
- Mark Whittow memandang perang ini sebagai titik perubahan di Kaukasia. Kaukasia menjadi negeri Islam, setelah sebelumnya Kristen secara keseluruhan.
- Armenia menjadi diperintah oleh Abbasiyah secara langsung melalui gubernur yang ditunjuk.
- Armenia menjadi markas militer Abbasiyah untuk menghadapi Bizantium dan Khazar.
Sumber:
- Al-Arman ‘Ibar al-Târîkh, Marwân al-Mudawwar.
- Târîkh al-Ummat al-Armaniyyah, K.A. Istarjian.
- Târîkh Armîniyâ min Ushûlihâ hattâ ‘Âm 1701 M, René Grousset.
Komentar
Posting Komentar