Langsung ke konten utama

Mari Baca ...

Makalah M. Djohandra (11/09/2021) ~ Metode Kitab Sunan Ad-Dāraquthniy

Biografi Penulis Kitab Sejarah Hidup Imam Ad-Dāraquthniy bernama Abū Al-Hasan ‘Ali bin ‘Umar bin Ahmad bin Mahdiy bin Mas'ūd bin An-Nu'mān bin Dīnār bin ‘Abdillāh Al-Baghdādiy, seorang ahli qiraat, al-hāfidzh, dan Amīr Al-Mukminīn fī Al-Hadīts. Beliau lahir di bulan Dzulqa'dah tahun 306 H di Baghdad, di sebuah mahallah (distrik/kampung) yang bernama Dār Al-Quthn. Mengenai keluarga beliau, penulis mendapati bahwa ayah beliau adalah ahli hadis dan ahli qiraat, lagi tsiqah.   Adz-Dzahabiy berkata mengenai Imam Ad-Dāraquthniy, “Beliau bagaikan lautan ilmu, termasuk kalangan ulama dunia, kepadanya berakhir hapalan dan pengetahuan ‘ilal hadis dan para rijalnya, bersamaan dengan keilmuan beliau dalam qiraat dan jalur-jalurnya, kuatnya pengetahuan fiqh, perbedaan pendapat, sejarah perang Nabi, sejarah manusia, dan lain-lain.” Beliau juga ahli dalam bahasa, nahwu, dan sastra.   Imam Ad-Dāraquthniy dalam hal aqidah mengikuti salaf ash-shālih. Hal ini tampak dari karya-karyanya...

Pembebasan al-Quds dari Pendudukan Bangsa Frank

Pembebasan al-Quds ini dilakukan dengan dipimpin oleh penguasa Mesir dan Syam, Sultan Shalahuddin al-Ayyubiy. Ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah ke-34 Ahmad al-Nashir li-Dinillah. Tepatnya 27 Rajab 583 H atau 2 Oktober 1187 M.

Awal Mula Pengepungan al-Quds

Pasca kemenangan dalam Perang Hittin, 4 Juli 1187 M, Shalahuddin sampai di al-Quds pada hari Kamis, 11 Rajab 583 M atau 20 September 1187 M dari arah Mata Air Gihon (Silwan) hingga air pun dekat dengan pasukannya. Ia memerintahkan pasukannya agar mengepung kota dengan formasi mengeliling. Pada hari Jumatnya kaum muslimin salat di atas perbukitan sekitarnya. Setelah salat, mereka mulai menyerang. Di dalam kota, tidak ada pasukan yang cukup besar untuk melindunginya dari serangan Shalahuddin. Jumlah pasukan yang mempertahankan kota tidak lebih dari 1400 tentara. Selebihnya adalah para fakir miskin dan orang-orang yang tidak memiliki pengalaman dan kemampuan dalam berperang.

Peperangan dengan Bangsa Frank

Balian d’Ibelin, salah seorang petinggi ksatria Bangsa Frank mendiami Kota al-Quds serta menjadi penguasanya setelah kota tersebut ditinggal pergi Raja Guy de Lusignan. Balian ini sendiri juga merupakan penguasa Kota al-Ramlah. Ia memimpin peperangan sejak hari itu. Bergabung pula ke dalam pasukannya para uskup dan koster Gereja. Ia merupakan seorang yang begitu lihai dalam mengatur peperangan serta pasukannya dalam menghadapi Shalahuddin. Ketakutan terbesarnya adalah dibantainya orang-orang Kristen al-Quds jika sampai pasukan Shalahuddin memasukinya, sebagaimana yang dilakukan Bangsa Frank ketika berhasil menduduki kota tersebut pada tahun 1099 M. Ia menyemangati para penduduk agar mempertahankan hidup dan tanah suci mereka itu hingga titik darah penghabisan. Ketika Shalahuddin mengirim pesan agar ia menyerahkan kota serta menuntut perdamaian, ia tidak melakukannya. Dia bersikeras untuk tetap melanjutkan peperangan.

Komunikasi dengan Pihak Kristen Ortodoks

Ketika Shalahuddin mengetahui bahwa perang akan menjadi sangat sengit dan tidak akan mampu merebut al-Quds, ia mendatangkan Yusuf al-Bathith, seorang Kristen Ortodoks al-Quds. Ia punya pengetahuan mengenai para pemimpin kaum muslimin dan pihak Bangsa Frank. Shalahuddin pun menggunakannya untuk berkirim pesan dengan pihak Bangsa Frank. Shalahuddin mengetahui kondisi negeri serta penduduknya sebagaimana yang diketahui oleh para petinggi ksatria dari masing-masing negerinya. Maka Shalahuddin pun memintanya agar membuat kesepakatan dengan orang-orang Kristen Ortodoks dari kalangan Arab dan Romawi dengan janji akan memperlakukan mereka dengan baik dan memaafkan mereka apabila mereka tidak membantu pihak Bangsa Frank dalam perang serta agar mereka menyerahkan kota kepada Shalahuddin dari sisi yang mereka tinggali di al-Quds.

Pembebasan al-Quds

Setelah Balian dilanda keputusasaan, tahu bahwa jatuhnya kota tidak dapat lagi terhindarkan, serta sampai pula kepadanya kabar bahwa Shalahuddin hanya memaafkan orang-orang Ortodoks saja yang mana hal ini membawa kepada terpecah belahnya para tentaranya, ia mengancam akan membunuh para sandera kaum muslimin yang diperkirakan jumlah mereka itu 4000 orang serta menghancurkan tempat suci Islam, Qubbah al-Sakhrah dan Masjid al-Qibliy sebagai bagian dari Masjid al-Aqsha, apabila Shalahuddin tidak memaafkan mereka.

Shalahuddin al-Ayyubiy pun melakukan musyawarah dan sepakat untuk memaafkan semuanya, dengan syarat agar masing-masing penghuni kota membayar fidyah sebanyak 10 dinar bagi pria, 5 dinar bagi wanita, dan 2 dinar bagi setiap anak-anak lelaki dan perempuan yang belum sampai usia cerdas. Siapa saja yang membayarnya dalam jangka waktu 40 hari, ia bebas.

Shalahuddin kemudian mengizinkan bagi siapa saja yang tidak mampu bayar dalam jangka waktu tersebut untuk meninggalkan kota tanpa membayar fidyah. Shalahuddin sendiri masuk ke Kota al-Quds pada malam Mi’raj, 27 Rajab 583 H, atau 2 Oktober 1187 M.

Shalahuddin mengirim kabar gembira kepada Khalifah Ahmad al-Nashir mengenai penaklukkan tersebut. Khalifah turut membantunya dalam penaklukkan tersebut dengan harta, perlengkapan perang, dan tentara yang dikirim dari lembaga kekhalifahan. Ia juga turut membantunya dengan mata-mata kekhalifahan yang memiliki peranan penting dalam memperoleh kabar dan pengetahuan dari pihak Bangsa Frank. Mata-mata kekhalifahan tersebut juga memiliki peranan penting dalam mengetahui dampak Hassasin yang bersekutu dengan pihak Bangsa Frank. Shalahuddin juga menggantungkan lembaran yang bertuliskan sebagaimana di bawah ini di al-Quds,

( وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ ) الحمد لله الذي أنجز وعده ونصر عبده ، وأقام خليفة القائم بحق الله ، وسيّد عترة رسول الله ، وثمرة شجرته الطيّبة المعرفة إليه أبا العباس أحمد الناصر لدين الله أمير المؤمنين ، أسبغ الله ظلّه على الإسلام والمسلمين وشدّ عضده بولده ووليّ عهده أبي نصر محمد عدة الدنيا والدين ، وأعاد عليه تراثه وأصار إليه من البيت المقدّس على رغم أنف المشركين ، وهو المحمود على أن أجري هذا الفتح على يدي دولته وسيف نصرته. يوسف بن أيوب معين أمير المؤمنين.

Sumber:

  1. Al-Kâmil fî al-Târîkh, Ibn al-Atsîr.
  2. Al-Shalîbiyyûn fî al-Syarq, Michael Zaborov.
  3. Al-Nawâdir al-Sulthâniyyah wa al-Mahâsin al-Yûsufiyyah, Ibn Syaddâd.
  4. Târîkh al-Khulafâ’, al-Suyûthiy.

Komentar